Selasa, 30 Maret 2010

Bom meledak di Subway kota Moscow, 37 penumpang tewas!(Universitas Surabaya Kampus Hijau)

BERITA - nasional.infogue.com - MOSKOW - Pemerintah Rusia menginvestigasi kemungkinan adanya aksi terorisme di wilayahnya kemarin (28/11). Hal itu terjadi setelah sebuah kereta cepat terguling karena ledakan bom di sekitar hutan kayu dekat Kota Uglovka, 400 km barat laut Moskow, pukul 21.34 Jumat (27/11) atau pukul 01.34 Sabtu dini hari WIB (28/11).

Dalam musibah itu, sedikitnya 39 orang tewas dan sekitar 100 lainnya luka-luka. Empat di 14 gerbong kereta terguling sekitar beberapa meter dari rel setelah melaju dengan kecepatan 200 km per jam. Sementara rel kereta putus dan bergelombang. Para petugas penyelamat terus mencari korban yang masih terjebak dalam reruntuhan kereta.

Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia Alexander Borotnikov, sebagaimana dikutip kantor berita Interfax dan RIA Novosti, menuturkan bahwa sebuah bom rakitan sengaja ditanam di jalur rel kereta cepat (ekspres) Nevsky Express yang melintas dari Moskow menuju St Petersburg. Bom berdaya ledak setara 15 pounds atau 7 kg TNT (trinitrotoluene) itu diledakkan ketika kereta melintas.

''Di lokasi kecelakaan Nevsky Express, tim dari Komite Investigasi Rusia menemukan unsur dan sisa bahan peledak,'' ujarnya. ''Kecelakaan itu benar-benar serangan teroris,'' lanjutnya.

Saat itu, kereta cepat Nevsky Express mengangkut 660 penumpang dan 24 awak. Kereta melintasi rute Moskow-St Petersburg sejauh 651 km. Kereta kelas atas itu sangat populer dan biasa ditumpangi para pejabat pemerintah maupun kalangan eksekutif bisnis Rusia.

Jika memang penyebabnya adalah teroris, kecelakaan kereta itu merupakan teror paling mematikan (menelan korban terbanyak) di Rusia di luar wilayah Kaukasus Utara yang rawan dalam beberapa tahun terakhir. Di lokasi yang sama, kereta Nevsky Express juga pernah terguling karena bom yang dipasang di rel pada Agustus 2007. Saat itu, 60 penumpang terluka.

Sejumlah penumpang kereta maupun warga yang tinggal di sekitar lokasi menuturkan bahwa mereka sempat mendengar suara ledakan yang keras sebelum kereta keluar dari rel. Polisi menyebutkan, sebuah lubang besar di bawah rel kereta ditemukan setelah musibah tersebut.

''Situasinya benar-benar mencekam dan sangat menakutkan. Saya rasa (kecelakaan) itu adalah aksi terorisme karena terdengar ledakan cukup keras,'' tutur Vitaly Rafikov, penumpang yang menjadi saksi, kepada stasiun televisi pemerintah Channel One. Dia tidak terluka. Setelah ditolong petugas penyelamat, Rafikov membantu mengangkat para korban dari reruntuhan kereta.

Sejauh ini belum ada klaim yang bisa dikonfirmasi soal siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Radio Echo of Moscow sempat melaporkan bahwa kelompok nasionalis garis keras yang menamakan diri bat 18 mengaku bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Tapi, sumber laporan tersebut ternyata berasal dari blog entry milik seorang aktivis anti-imigran yang tak bisa diverifikasi kebenarannya.

Jumlah korban sempat simpang siur. Menteri Kesehatan Rusia Tatyana Golikova menyatakan, sedikitnya 26 orang tewas, 18 hilang, dan sekitar 100 lainnya terluka. Kantor Jaksa Agung menyebutkan, korban tewas mencapai 30 orang dan 60 lainnya terluka.

Tapi, Alexander Basulin, pejabat di Kementerian Darurat Rusia, sebagaimana dikutip kantor berita ITAR-TASS, memastikan korban tewas berjumlah 39 orang. Sebanyak 25 mayat ditemukan setelah kecelakaan dan 14 jenazah lainnya ditemukan belakangan di luar gerbong kereta.

Andrei Abramenko, polisi yang naik kereta itu, menggambarkan kondisi para korban. ''Dua gerbong terbalik. Sejumlah orang tergencet atau tubuhnya tertusuk logam. Saya mendengar jeritan dan teriakan meminta tolong,'' ungkap Abramenko kepada stasiun televisi Vesti-24.

Sedikitnya tiga warga asing ikut menjadi korban kecelakaan itu. Menurut ITAR-TASS, warga asing yang menjadi penumpang Nevsky Express tersebut adalah seorang warga Italia dan dua warga Finlandia.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyerukan agar warga tetap tenang. Dia juga memerintah sejumlah institusi penegak hukum untuk menginvestigasi serangan kereta itu secara menyeluruh. ''Pastikan tak terjadi kekacauan karena situasinya sudah tegang,'' tegas Medvedev dalam video conference dengan Mendagri Rashid Nurgaliyev.

Dalam pertemuan sebelumnya dengan komisi penanggulangan krisis, Medvedev menyampaikan duka cita kepada keluarga para korban.

Di Washington, Gedung Putih juga menyampaikan belasungkawa atas tragedi tersebut. ''Kami benar-benar prihatin dan sangat berduka atas jatuhnya korban jiwa maupun luka,'' ungkap pernyataan Gedung Putih. Di Paris, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy juga menyatakan kesedihan mendalam atas musibah tersebut.

Serangan terorisme beberapa kali terjadi di utara Rusia. Agustus lalu, bom bunuh diri meledakkan kantor polisi di Kota Magas, Ingushetia, dan menewaskan 25 orang serta melukai 164 lainnya. September 2004, sebuah sekolah di Kota Beslan, Ossetia Utara, diduduki kelompok militan. Lebih dari 330 sandera tewas. Lalu, Desember 2003, bom bunuh diri meledakkan sebuah kereta di dekat Chechnya dan menewaskan 44 orang.

Kemudian, Agustus 2004, sebuah bom mobil meledak di Moskow dan menewaskan 10 orang. Sebelumnya, bom juga meledakkan dua pesawat penumpang di Moskow serta menewaskan lebih dari 80 orang. Pemberontak Chechnya dituding sebagai pelakunya seperti pada pengeboman kereta bawah tanah (subway) di Moskow pada Februari 2004 yang menewaskan 40 orang.

Penyanderaan di sebuah teater di Moskow pada 2002 berakhir dengan tewasnya lebih dari 130 orang. Selanjutnya, sebuah kereta terguling ketika melaju dari Chechnya menuju Moskow pada Juni 2005. Tidak ada korban tewas, tapi 12 orang terluka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Universitas Surabaya Kampus Hijau

 
Increase Page Rank


Pasang Iklan Gratis